Bibit Dumadi
1. Bayi umur sebulan dilambangkan dengan huruf jo, disebut nukat ghaib, airnya nur mani, laut berupa layar putih, bangunannya kumalah yang berarti juga riris tangis.
2. Bayi umur dua bulan dilambangkan dengan huruf yo, disebut koat ghaib, airnya nur buat, lautnya rantai yang disebut juga kismo djati.
3. Bayi umur tiga bulan dilambangkan dengan huruf nyo, disebut rijalolah ghaib, airnya nur roso, lautnya kumolah, yang berarti juga Hyang Widhi.
4. Bayi berumur empat bulan dilambangkan dengan huruf mo, disebut rikmo djati. Airnya nur kumoro djati, lautnya bindari suci yang disebut juga Sang Hyang Adji.
5. Bayi berumur lima bulan dilambangkan dengan huruf go, disebut jo kumolo, airnya nur kismoyo, lautnya imoloyo, yang disebut juga Sang Hyang Brahma yang berwujud sedulur limo.
6. Bayi berumur 6 bulan dilambangkan dengan huruf bo, disebut roso hendro moyo, airnya nur cahyo, lautnya kumoro danu, yang disebut sebagai manu maningkem manunggale kawulo lan gusti dengan wujud rasa yang enam itu.
7. Bayi berumur 7 bulan dilambangkan dengan huruf tho, disebut waringin sungsang, airnya tali roso, lautnya madu nirmolo, yang berarti Heru Seto Jinggo Moyo Jati. Berwujud air ketuban dan ari-ari.
8. Bayi berumur 8 bulan dilambangkan dengan huruf ngo, disebut mayang kumoro sari, airnya manik gito, lautnya cupu purbo miseso yang disebut juga Jono Loko Jati, berwujud kakak tertua dan si bontot.
9. Bayi berumur 9 bulan dilambangkan dengan huruf wo, disebut Hendro Loko Jati, airnya nur tirto moyo, lautnya tak bertepi yang disebut pula Sastro Jendro Hayuningrat dengan wujud sadad tanpa sabdu. Setelah itu bayi akan lahir dan melihat terangnya dunia yang dilambnagkan dengan Bintang Johar sebagai kelahiran (dumadi ingsun), yang disebut pula bintang Al Ghoniyyu.
.
Pengertian Tentang Tempat Bersemayamnya Angkara Di Triloko Triloko (Jagat Telu) terbagi menjadi 3 yaitu:
Guru Loko (ada di otak),
Indro Loko (ada di hati)
dan Jono Loko (ada di syahwat/dzakar). Apabila nafsu angkara itu baru berada di otak (pikiran) maka keinginan orang itu adalah: drajat/ pangkat/ semat/ kramat. Bila nafsu angkara itu berada di Indro Loko (panca indra) maka orang itu akan mempunyai keinginan untuk menjadi yang paling unggul/ paling kuat (menange dewe). Dan ketika nafsu angkara itu berada di syahwat maka bisa dipastikan orang itu mempunyai tenaga yang super (sangat kuat). Dan yang terakhir apabila ketiga nafsu itu menyerang bersama-sam pada manusia, maka bisa diibaratkan manusia itu hidup dengan memelihara Dosomuko (seorang tokoh jahat dalam cerita Ramayana). Artinya kita semua akan merugi karena tidak akan bisa menerima wahyu/ wangsit / pepadanging Gusti, dan tentunya akan menjadi penghalang dalam menjalani kehidupan ini. Dan inilah yang bisa terjadi apabila manusia itu menjalankan /mencari ngelmu tanpa laku. (Ada pepatah jawa: Ngelmu iku kalakone kanthi laku.)
.
Sempurnanya Dumadi. Manusia itu harus dapat mengetahui keberadaan tirto pawitro mahening suci(air kehidupan yang bersih dan suci). Dimana sebenarnya itu berada dalam diri sendiri masing-masing. Dengan cara harus menempuh jalan lakyono yo (mati di dalam hidup) dan harus juga menengok ke alam lokantoro (antoro = batas), yaitu perbatasan antara alam halus dan alam kasar. Maka disana akan kita jumpai perwujudan yang menyerupai gumuk (rumah rayap yang membesar)/ tawon golek jumono, yaitu perwujudan dari saudara kita yang disebut kawah ari-ari (air ketuban). Golek jumono yaitu suatu perlengkapan hidup manusia, disana akan dijumpai persimpangan jalan (perempatan) yang merupakan wujud dari 4 cahaya: Cahaya berwarna merah adalah sumber amarah. Cahaya berwarna kuning adalah sumber kesenengan. Cahaya berwarna putih adalah sumber kesucian. Cahaya berwarna hitam adalah sumber kekuatan (energi). Dan apabila nanti manusia itu kembali kepada Gusti maka harus tetap memilih jalan suci, artinya akan dapat kembali kepada Gusti Yang Maha Suci.
.
Kunci Sangkan Paraning Dumadi
Hyang Sukmo Sejati, seksenono ingsun kirim gondo arum kang dak kirim sedulurku kang lahir bareng sedino kang dak sebut kakang kawah adi ari-ari, kakang mbarep adine wuragil. Kang adoh tanpo wangenan cedak tanpo senggolan, yo iku titipane wong tuwaku lanang lan wadon. Kakang kawah adi ari-ari moro tampanono kiriman gondo arum iki, dak suwun jumbuh dadi siji karo Sang Hyang Sukmo Sejati. (Hyang Sukma Sejati, saksikanlah aku mengirim wewangian yang aku alamatkan kepada saudara yang terlahir bersamaku yang saya sebut sebaga kakang kawah adi ari-ari, kakang sebagai si sulung dan adik sebagai bontot. Yang jauh tanpa wewangian dan yang dekat tanpa singgungan, yaitu titipan dari kedua orang tuaku laki-laki dan perempuan. Kakang kawah adi ari-ari segera terimalah kiriman wewangian ini, dan saya minta agar menyatu dengan Sang Hyang Sukma Sejati.)
.
Bibit Sangkan Paraning Dumadi.
Tes putih soko bopo, tes abang soko biyung, wujud gedong cagak papat lawange songo, gumantung tanpo centhelan isen-isene Hyang Sukmo Sejati. Lungguhe ono batinku kang suci, kanggonan wekasan urip sejati, kang aran dzat lan sifat weruh sak-durunge winarah, tetep madhep mantep langgeng sak kodrat ingsung, dadio sak ciptaningsun. (Bijih putih dari bapak dan bijih merah dari ibu, berwujud bangunan dengan tiang empat dan sembilan pintu, tergantung tanpa cantelan dan berisi Hyang Sukma Sejati. Bersemayam di batinku yang suci, sebagai awal hidup sejati, yang mempunyai dzat dan sifat weruh sak-durunge winarah, tetap setia dan taat bersamaan dengan diriku, dan jadilah apa yang kukehendaki.) Ngerti sak-durunge winarah adalah pepatah Jawa yang kira-kira berarti: dapat mengerti tentang beberapa hal sebelum ada yang memberi tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar