19. BATHARA DEWASRANI Ia adalah putra Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan Bathari Durga, wujud Dewi Umayi setelah terkena kutukan Sanghyang Manikmaya. Ia lahir di istana siluman, Setragandamayit. Bathara Dewasrani mempunyai lima orang saudara satu ibu lain ayah, yang secara fisik merupakan putra Bathari Durga/Dewi Pramuni dengan Bathara Kala, masing-masing bernama; Bathara Siwahjaya, Dewi Kalayuwati, Bathara Kalayuwana, Bathara Kalagotama dan Bathara Kartinea. Bathara Dewasrani berwajah tampan. Selain sakti, juga mempunyai Aji Kawrastawan, dapat beralih rupa menjadi apa saja sesuai kehendaknya. Bathara Dewasrani mempunyai sifat dan perwatakan; serakah, bengis, kejam, suka membuat usil dan mau benarnya sendiri. Berkali-kali ia membuat keributan di Jonggirisaloka dengan berbagai tuntutan yang aneh-aneh. Bathara Dewasrani pernah menuntut untuk dijadikan raja di Kahyangan Kaideran dan dijodohkan dengan Dewi Supraba. Ketika keingginannya ditolak Sanghyang Manikamaya, ia mengamuk, tetapi dapat dikalahkan Bathara Indra. Dewasrani juga pernah mengejar-ngejar Dewi Sri Widowati/Dewi Srisekar, istri Bathara Wisnu sampai keluar Kahyangan Untarasegara.Atas perbuatannya itu ia dikutuk Bathara Wisnu menjadi babi hutan, dan dapat kembali kewujud aslinya setelah diruwat ibunya, Dewi Pramuni atau Bathari Durga. Berkali-kali Dewasrani menitis atau menjelma menjadi raja raksasa untuk membuat kekacauaan di Arcapada. Tetapi semua tindakannya itu selalu dapat digagalkan Bathara Wisnu. Karena berbagai tindakannya itu, Dewasrani dikenal sebagai lambang kejahatan. 20. DEWI DRESNALA Dia adalah putri ke-10 Sang Hyang Brahma dengan permaisuri Dewi Raraswati. Ia mempunyai 13 saudara kandung diantaranya: Dewi Bramanistri yang dianugerahkan kepada Garuda Briawan/Suwarna/Aruni dan menurunkan golongan garuda, Dewi Bramaniyuta yang menikah dengan Batara Srinada/Prabu Basurata raja negri Wirata, Dewi Bremani yang menikah dengan Prabu Banjaranjali yang menurunkan raja-raja negara Alengka termasuk Prabu Dasamuka. Dewi Dresnala juga mempunyai 8 orang saudara seayah lain ibu, diantaranya: Batara Brahmanaresi yang menikah dengan Dewi Srihuna, putri Sang Hyang Wisnu. Kemudian Batara Brahmanasadewa yang menikah dengan Dewi Srinadi, putri Sang Hyang Wisnu, berputra Prabu Brahmakestu yang menurunkan raja-raja di Maespati. Dewi Dresanala pernah dianugerahkan kepada Arjuna, yang kala itu menjadi raja di Kahyangan Kainderan atas jasanya membunuh Prabu Niwatakawaca raja raksasa negara Manikmantaka. Dari perkawinan itu lahirlah Wisanggeni. 21. RESI DRUWASA Resi Druwasa adalah guru Dewi Kunti yang mengajarkan Ajian Adityarhedaya. Sebenarnya ilmu itu tidak boleh diajarkan pada gadis yang belum menikah, tetapi karena Dewi Kunti terus merengek, akhirnya Resi Druwasa mengajarkan ilmu itu dengan pesan agar jangan sekali-kali dicoba digunakan. Namun pada suatu pagi, di ranjang tidurnya, Dewi Kunti mencoba keampuhan ilmu itu, akibatnya datanglah Batara Surya kepadanya, dan terjadilah sesuatu yang tidak diharapkan. Dewi Kunti mengandung, padahal ia masih gadis.Karena kejadian ini, ayah Dewi Kunti, Prabu Kuntiboja mempersalahkan Resi Druwasa dan menuntut agar Resi Druwasa melahirkan jabang bayi yang dikandung Dewi Kunti tanpa merusak kegadisannya. Oleh Resi Druwasa, bayi itu akhirnya dikeluarkan lewat telinga Dewi Kunti, sebab ilmu yang diajarkan masuk ke dalam diri Dewi Kunti juga lewat telinga. Sesudah dilahirkan, Prabu Kuntiboja memerintahkan bayi itu dibuang ke sungai, kelak bayi ini menjadi seorang ksatria sakti bernama Basukarna. Sebagai seorang yang berilmu tinggi, Resi Druwasa tahu kelak Dewi Kunti akan sangat membutuhkan ilmu ini. Suatu ketika suaminya tidak akan dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami karena kutukan Begawan Kimindama, padahal ia sangat membutuhkan keturunan. Maka ajian Adityarhedaya terbukti memang bermanfaat untuk memanggil para dewa, sehingga garis keturunannya tidak terputus. 22. BATHARI DURGA Sebenarnya pada mulanya adalah istri Batara Guru. Yakni waktu ia masih berwajah cantik, dan masih bernama Dewi Uma atau Dewi Umayi. Suatu sore menjelang senja, Batara Guru dan Dewi Uma pergi menghibur diri menunggang Lembu Andini mengangkasa melihat-lihat pemandangan alam. Di atas lautan dekat Nusakambangan, sewaktu angin menyingkap kain yang dikenakan Dewi Uma, Batara Guru tergiur melihat betis istrinya. Ia lalu merayu Dewi Uma dan mengajaknya memadu kasih saat itu juga di atas punggung Lembu Andini. Namun Dewi Uma menolak ajakan itu karena merasa hal itu sangat tidak pantas. Batara Guru tidak menghiraukan penolakan istrinya, dan terus berusaha merayu, sedangkan Dewi Uma terus berusaha menghindar. Akhirnya, karena tak lagi dapat menahan hasratnya, keluarlah (mani) Batara Guru, jatuh ke laut. Penolakan Dewi Uma membuat Batara Guru kesal dan marah. Sepulangnya di kahyangan mereka bertengkar. Apalagi secara diam-diam Lembu Andini kemudian saling memanas-manasi mereka. Dalam keadaan marah Dewi Uma mengatakan: “Perbuatan seperti tadi Kakanda hanya pantas dilakukan oleh makhluk yang bertaring panjang” Karena Dewi Uma memiliki kesaktian tinggi, apa yang diucapkannya itu kemudian terjadi. Bukan main marah Batara Guru setelah menyadari taringnya tumbuh menjadi panjang. Tanpa berpikir lagi ia segera membalas mengutuk Dewi Uma menjadi seorang raseksi. Setelah saling kutuk mengutuk itu keduanya sama-sama menyesal. Karena Dewi Uma telah terlanjur berubah ujud menjadi raksasa, maka Batara Guru menganggapnya tidak pantas lagi menjadi istrinya. Karena itu Batara Guru lalu menukar badan jasmaninya dengan tubuh Sang Hyang Permoni yang cantik tetapi berhati dengki dan culas. Sedangkan jiwa Sang Hyang Permoni dimasukkan ke tubuh Dewi Uma yang telah berujud raksasa itu, dan diberi nama Batari Durga. Beberapa saat kemudian datanglah makhluk ganas yang berasal dari kama benih Batara Guru yang jatuh ke laut itu. Makhluk ini mengamuk di kahyangan lalu mengajukan tiga tuntutan, yakni minta diakui sebagai anak, diberi nama, dan diberi istri. Tuntutan ini dikabulkan Batara Guru. Makhluk itu diberi nama Batara Kala, dan diberi istri Batari Durga. Mereka diberi tempat di Kahyangan Setra Gandamayit, di Hutan Krendawahana. Di tempat ini mereka berkuasa atas segala macam jin, gandarwa, hantu, dan makhluk halus lainnya. Dalam pewayangan, Batari Durga menjadi sesembahan oleh mereka yang memiliki sifat suka mengambil jalan pintas. Burisrawa, misalnya, menyembah dan mohon pertolongan Batari Durga ketika ia tidak dapat membendung rasa rindunya pada Dewi Subadra, istri Arjuna. Dengan bantuan Batari Durga, Burisrawa dapat masuk ke Kasatrian Madukara tanpa diketahui dan kemudian nyaris dapat menodai Subadra. (Lakon Sembadra Larung) Lesmana Mandrakumara, putra sulung Prabu Anom Duryudana, juga pernah minta bantuan Batari Durga agar dapat mempersunting Dewi Pregiwati, putri Arjuna. Walaupun Durga membantunya, usaha ini gagal dan Dewi Pregiwati menjadi istri Pancawala, putra Prabu Yudistira. Kelak, menjelang pecah Baratayuda, Batari Durga pernah dimintai tolong oleh Dewi Kunti, agar membinasakan gandarwa Kalantaka dan Kalanjaya. Kedua gandarwa sakti itu mengancam keselamatan Pandawa, karena mereka hendak membantu Kurawa. Batari Durga bersedia memenuhi permintaan Kunti, dengan syarat ibu para Pandawa itu harus menyerahkan Sadewa sebagai kurban. Dewi Kunti tidak sanggup memenuhi permintaan Betari Durga itu. Namun ternyata akhirnya Batari Durga dapat pulih kembali menjadi bidadari cantik setelah diruwat oleh Sadewa, salah seorang si kembar dari keluarga Pandawa. Sadewa sanggup meruwat Batari Durga setelah tubuhnya disusupi oleh Batara Guru. Peristiwa itu dikisahkan dalam lakon Sudamala atau Murwakala. Walaupun pada Wayang Purwa tokoh Batari Durga sering dilukiskan jahat, bengis, dan menakutkan, beberapa sekte agama di India, terutama di wilayah utara, Durga dipuja sebagai dewi pelindung. Mereka percaya Durga adalah Dewi Penolong bagi orang yang sedang terkena musibah atau menderita karena suatu perlakuan yang tidak adil. Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa, tokoh Batari Durga digambarkan dengan tiga wanda, yakni wanda Gidrah, wanda Wewe, dan wanda Gedrug. 23. BATHARA DWAPARA Batara Dwapara adalah dewa berhati culas, iri dan dengki, sering memfitnah para dewa lainnya. Karena sifat-sifatnya yang buruk itu tidak juga berkurang, ia diusir dari kahyangan lalu dikutuk oleh Sang Hyang Tunggal untuk turun ke dunia guna melampiaskan sifat buruknya. Akibat kutukan Sang Hyang Tunggal itu, Batara Dwapara terpaksa turun ke dunia dan menitis ke seorang bayi, putera Prabu Suwala, Raja Plasajenar. Bayi itu adalah Arya Suman yang setelah dewasa mempunyai nama alias Sengkuni. Kutukan itu diterima Batara Dwapara sewaktu ia diketahui oleh para dewa lainnya telah memfitnah Batara Bayu. Itu pula sebabnya, Patih Sengkuni memiliki watak buruk sebagai tukang fitnah dan dengki. Dan itu pula sebabnya, Bima sebagai anak Batara Bayu amat geram terhadap Sengkuni. 24. BATHARI GAGARMAYANG Dia adalah bidadari keturunan Sang Hyang Triyarta. Ia mempunyai saudara kembar bernama Batari Prabasini. Meskipun memiliki bentuk badan ceking, namun karena kecantikan dan daya sensualnya yang tinggi, Batari Gagarmayang oleh Sang Hyang Manikmaya ditetapkan sebagai salah stau dari 7 bidadari upacara di Suralaya. Bidadari lainnya adalah Batari Supraba, Dewi Lenglengdanu, Batari Irimirin, Batari Tunjungbiru, Batari Warsiki dan Batari Wilutama. Dalam kisah Arjuna Wiwaha, Batari Gagarmayang pernah diturunkan ke dunia bersama keenam bidadari suralaya lainnya melaksanakan perintah Sang Hyang Indra untuk menggagalkan konsentrasi Arjuna yang sedang bertapa di Goa Mintaraga di lereng Gunung Indrakila. Mereka gagal dalam tugasnya karena Arjuna tetap konsisten dengan tapanya dan tidak terpengaruh sama sekali atas godaan sensualitas dari bidadari-bidadari nan jelita itu. Malah justru bidadari-bidadari itulah yang sebenarnya “jatuh cinta” kepada kegagahan Arjuna. 25. BATHARA GANESA Disebut juga Batara Ganapati atau Batara Gana, dianggap sebagai Dewa Pendidikan, Sastra,dan Penyebar Ilmu Pengetahuan. Ia adalah anak Batara Guru dari Dewi Umaranti, yang tinggal di kahyangan Glugutinatar.Batara Ganesa lahir tidak dalam bentuk manusia, melainkan dalam ujud menyerupai gajah, lengkap dengan gading dan belalainya. Hal ini terjadi karena sesaat setelah Batara Guru dan Dewi Uma saling bercumbu kasih, para dewa datang menghadap. Di antara mereka yang datang menghadap adalah Batara Endra yang mengendarai Gajah Airawata. Gajah itu luar biasa besar, sehingga membuat takjub dan kaget Dewi Uma, yang saat itu lagi mengandung. Karena ketakjubannya itu, maka kemudian Dewi Umaranti melahirkan putera yang bentuk dan wajahnya mirip sekali dengan gajah. Bayi gajah Ganesa ternyata juga memiliki kesaktian luar biasa. Ia dapat mengalahkan raja raksasa Nilarudraka dari kerajaan Glugutinatar, yang datang menyerbu kahyangan. Ketika itu raja raksasa gandarwa itu mengamuk karena lamarannya pada Dewi Gagarmayang ditolak. Setelah dikalahkan, Glugutinatar dijadikan kahyangannya. Dalam pewayangan, pada lakon Batara Brama Krama, Batara Ganesa pernah diruwat oleh Batara Brama sehingga ujudnya menjadi dewa yang tampan, tidak lagi berkepala gajah. Setelah ujudnya berubah, Batara Ganesa dikenal dengan sebutan Batara Mahadewa. Menurut Adiparwa, yaitu bagian pertama dari Mahabarata, Ganesa juga berjasa menjadi juru tulis Empu Wyasa yang mengarang kitab Mahabarata itu. Nama lain Batara Ganesa adalah Ganapati, Lambakarna, Gajanana, Karimuka dan Gajawadana. 26. BATHARI GANGGA Disebut juga Batari Ganggawati, Dewi Angga, Dewi Jahnawi, Dewi Jumpini. Dia adalah istri pertama Prabu Santanu, raja negri Astina. Sebenarnya dia adalah seorang bidadari yang terkena kutukan dewa sehingga harus menjalani hidup di dunia. 27. BATHARA INDRA Ia adalah dewa keindahan dan dewa prajurit yang memerintah dan mengepalai para hapsari atau bidadari di kahyangan kainderan. Dia adalah putra ketiga dari Sang Hyang Manikmaya dengan permaisuri Dewi Umayi. Batara Indra mempunyai 5 saudara sekandung yaitu Sang Hyang Sambo, Sang Hyang Brahma, Sang Hyang Bayu, Sang Hyang Wisnu dan Batara Kala. Ia juga mempunyai 3 orang saudara seayah lain Ibu, putra Dewi Umarakti yaitu Sang Hyang Cakra, Sang Hyang Mahadewa dan Sang Hyang Asmara.Sang Hyang Indra sangat sakti, apabila tiwikrama mempunyai wibawa halilintar. Ia mempunyai kendaraan gajah yang sangat besar bernama Erawana.Sang Hyang Indra tinggal di kahyangan Rinjamaya dan menikah dengan Dewi Wiryati yang menghasilkan 7 anak yaitu Dewi Tara, Dewi Tari, Batara Citrarata, Batara Citragana, Batara Jayantaka, Batara Jayantara dan Batara Harjunawangsa. 28. BATHARI IRIM-IRIN Disebut juga DEWI IRIM-IRIN dikenal pula dengan nama Dewi Surendra (pedalangan Jawa), yang mempunyai arti “Seorang yang nafsu birahinya (semangat keseksualannya) amat besar.”Dewi Irim-irin adalah salah seorang diantara bidadari upacara Suralaya yang terdiri dari tujuh orang, yaitu Dewi Supraba, Dewi Lenglengdanu, Dewi Irnimirin, Dewi Gagarmayang, Dewi Tunjungbiru, Dewi Warsiki dan Dewi Wilutama. Karena kecantikannya Dewi Irimirin pernah menimbulkan peperangan hebat antara Suralaya dengan negara Nusahambara. Prabu Kalimantara, raja raksasa negara tersebut mengutus kedua senapati perangnya Arya Dadali dan Arya Sarotama untuk melamar Dewi Irimirin. Karena lamarannya ditolak para dewa, Prabu Kalimantara mengerahkan angkatan perangnya untuk menyerang Suralaya. Angkatan perang dewa tidak dapat membendung serangan negara Nusahambara. Kesaktian Prabu Kalimantara, Arya Dadali dan Arya Sarotama tidak terkalahkan oleh para dewa.Dewa kemudian minta bantuan Bambang Sakutrem, putra Resi Manumayasa dari pertapaan Retawu untuk menghadapinya. Dengan kesaktiannya, Sakutrem berhasil membinasakan Prabu Kalimantara, Arya Dadali dan Sarotama yang kemudian berubah wujud menjadi pusaka-pusaka kadewatan berupa Jamus Kalimasada, panah Ardadadali dan panah Sarotama. Dengan peristiwa tersebut, Dewi Irimirin merupakan bidadari pertama yang menjadi awal mula turunnya pusaka-pusaka kadewatan diberikan kepada umat marcapada. 29. SANGHYANG ISMAYA/SEMAR Dia adalah putra kedua Sanghyang Tunggal dengan Dewi Wirandi/Rekatawati, putri Prabu Yuyut/Resi Rekatama, raja Samodralaya. Ia mempunyai dua saudara kandung bernama Sanghyang Tejamaya/Sanghyang Antaga dan Sanghyang Manikmaya. Sanghyang Ismaya juga mempunyai tiga orang saudara kandung seayah lain ibu, putra Dewi Darmani, putri Sanghyang Darmayaka dari Selong, masing-masing bernama; Sanghyang Rudra/Dewa Esa, Sanghyang Dewanjali dan Sanghyang Darmastuti. Sanghyang Ismaya dikenal pula dengan nama Sanghyang Punggung (Purwakanda). Ia menikah dengan Dewi Senggani, putri Sanghyang Wening. Dari perkawinan tersebut ia mendapatkan 10 orang putra masing-masing bernama; Bathara Wungkuam, Bathara Tembora, Bathara Kuwera, Bathara Wrahaspati, Bathara Syiwah, Bathara Surya, Bathara Chandra, Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Bathari Darmastutri. Sanghyang Ismaya berwajah tampan. Suatu ketika ia berkelahi dengan Sanghyang Tejamaya karena memperebutkan siapa yang tertua diantara mereka dan yang berhak menjadi raja Tribuana. Akibatnya wajah mereka menjadi jelek. Oleh Sanghyang Tunggal mereka diberitahu, bahwa dahulu mereka lahir berwujud telor. Yang tertua Sanghyang Tejamaya (tercipta dari kulit telur, kemudian Sanghyang Ismaya (tercipta dari putih telur) dan Sanghyang Manikmaya yang tercipta dari kuning telur. Karena kesalahannya itu, Sanghyang Ismaya dan Sangyang Tejamaya harus turun ke Marcapada. Sanghyang Tejamaya mendapat tugas memberi tuntunan para angkara dan berganti nama menjadi Togog. Batahara Ismaya mendapat tugas menjadi pamong trah Witaradya. Ia turun ke pertapaan Paremana menjelma pada cucu nya sendiri, Smara/Semar putra Bathara Wungkuam, yang menjadi saudara ipar Resi Manumayasa. 30. BATHARA KALA Dia adalah putra yang ke-6/putra bungsu Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan Dewi Umayi. Ia satu-satunya yang berwujud raksasa dari ke-6 saudara kandungnya, karena ia tercipta dari “kama salah” Sanghyang Manikmaya yang jatuh ke dalam samudera dan menjelma menjadi bayi rakasasa. Ke-5 kakak kandungnya masing-masing bernama; Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu dan Sanghyang Wisnu. Bathara Kala juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umakarti, yaitu ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara. Bathara Kala bertempat tinggal di Kahyangan Selamangumpeng. Ia menikah dengan Dewi Pramuni, ratu penguasa makhluk siluman yang berkahyangan di Setragandamayit. Dari perkawinan tersebut Bathara Kala memperoleh lima orang putra masing-masing bernama; Bathara Siwahjaya, Dewi Kalayuwati, Bathara Kalayuwana, Bathara Kalagotama dan Bathara Kartinea. Bathara Kala sangat sakti sejak bayi. Ketika mengamuk di Suralaya, ia hanya bisa ditaklukan oleh Sanghyang Manikmaya dengan Aji Kemayan. Kedua taringnya dipotong, yang kanan menjadi keris Kalanadah dan yang kiri menjadi keris Kaladite. Selain Sanghyang Manikmaya, hanya Sanghyang Wisnu yang dapat mengalahkan Bathara Kala. Meskipun sakti, Bathara Kala sangat dungu dan tak pernah mulai mengadakan persoalan ataupun peperangan. Ia kerap kali bertindak salah tetapi tidak disengaja, hanya kerena kebodohannya. Bathara Kala akan membela diri dan haknya apabila diserang atau dianiaya. Membunuh makhluk lain tidak untuk kesenangan, tetapi karena kebutuhan untuk membela kehidupan. Bathara kala lazim dipergunakan sebagai lambang keangkaramurkaan. 31. BATHARA KALAGUMARANG Ia adalah putra Bathara Kalakeya, yang berarti cucu Bathari Durga/Dewi Pramuni dengan Bathara Kala, dari kahyangan Setragandamayit. Bathara Kalagumarang diperintahkan oleh Sanghyang Manikmaya untuk turun ke Arcapada mencari seperangkat gamelan ketoprak. Benda tersebut sangat diperlukan oleh Sanghyang Manikmaya untuk memenuhi permintaan Dewi Tisnowati, wanita yang tercipta dari Cupu Retnadumilah milik Sanghyang Kanekaputra yang jatuh ke dalam rongga mulut Hyang Anantaboga. Karena mendapat wewenang untuk berbuat apa saja sesuai kehendaknya, dalam perjalannya Bathara Kalagumarang selalu membuat keonaran. Setiap dewa yang ditemuinya di perjalanan dihajarnya. Ia juga merusak perkampungan penduduk dan membunuh orang-orang yang tak berdosa. Tindakannya itu menimbulkan banyak kekacauan di Arcapada. Pada suatu saat Bathara Kalagumarang bertemu dengan Dewi Sri, istri Sanghyang Wisnu. Ia langsung mengejarnya dan bermaksud untuk memperistrinya. Perbuatannya itu diketahui Sanghyang Wisnu yang mengutuknya menjadi babi hutan. Mengetahui wujudnya berubah menjadi babi hutan, Bathara Kalagumarang semakin marah dan beringas. Ia terus mengejar-ngejar Dewi Sri yang akhirnya sampai di negara Medangkamulan. Bathara Kalagumarang akhirnya mati dipanah oleh Prabu Makukuhan, yang sesungguhnya penjelmaan Bathara Srigati, putra Sanghyang Wisnu dengan Dewi Srisekar/Sri Widowati. 32. KALARAHU Ia adalah makhluk berwujud raksasa anak maharsi Kasyapa dengan Dewi Sinhika. Kalarahu mempunyai saudara tunggal ibu yaitu Sucandra, Candrahantri dan Candrapramardana. Kalarahu sangat membenci Batara Surya dan Batara Candra sehingga sering matahari dan bulan ditelan olehnya sehingga menimbulkan gerhana matahari dan bulan. Latar belakang kebencian itu adalah bermula dari pencarian tirta amerta oleh para dewa. Tirta amerta adalah air suci yang jika diminum akan melanggengkan umur, kalis dari kematian dan menjadi makhluk abadi. Kalarahu menyusup diantara rombongan dewa yang mengantri untuk meminumnya. Tepat ketika air di teguknya, Batara Surya dan Batara Candra meneriakinya bahwa dia adalah penyusup. Mengetahui hal tersebut Batara Wisnu langsung melemparkan senjata cakra dan seketika kepala Kalarahu langsung terpenggal meninggalkan badannya. Badan Kalarahu jatuh ke bumi dan kemudian berubah menjadi lesung penumbuk padi. Sementara karena telah berhasil meminum tirta amerta, maka kepala Kalarahu tidak mati dan melesat dan mengembara ke angkasa. 33. BATHARA KALAYUWANA Dia adalah putra ke-3 dari lima bersaudara putra Batahara Kala dengan Bathari Durga dari kahyangan Setragandamayit. Ke-4 saudaranya yang lain adalah Bathara Siwahjaya, Dewi Kalayuwati menikah dengan Ditya Rudramurti mempunyai anak lelaki (berujud raksasa) yang diberi nama Wisnungkara, yang kemudian menurunkan para raja raksasa, diantaranya Arya Kunjarakresna yang berputra Prabu Yudakalakresna serta Arya Singamulangjaya, raja dan patih negara Dwarawati, Bathara Kalagotama dan Bathara Kartinea. Sebagaimana anak Bathara Kala yang lain, Bathara Kalayuwana juga memiliki sifat perwatakan berangasan, tinggi hati, serakah dan mau menang dan benarnya sendiri. Akibat dari sifat berangasan dan kesombongan Bathara Kalayuwana perang besar pernah terjadi di Suralaya, antara para dewa melawan pasukan raksasa dan para siluman dari Setragandamayit. Peperangan terjadi sebagai akibat kemaraan Bathara Kalayuwana yang tidak dapat menerima penolakan Bathara Guru atas pinangannya terhadap Dewi Gagarmayang. Perang baru berakhir setelah Sanghyang Brahma turun ke arcapada untuk meminta bantuan Resi Kiswabrisma, cucu buyut Dewi Brahmanisri dengan Garuda Aruni/Garuda Briawan. Dewi Brahmanisri adalah putrid sulung Sanghyang Brahma dengan Dewi Raraswati. Dalam peperangan tersebut Resi Kiswabriswa berhasil mengalahkan Bathara Kalayuwana dan mengusir pasukan raksasa dan para siluman dari Jonggringsaloka. 34. BATHARA KAMAJAYA Dia adalah salah satu dewa yang mempunyai wajah sangat tampan. Ia merupakan makhluk yang berwajah paling tampan di Tribuana (jagad Mayapada, Madyapada dan Arcapada). Bersama isterinya, Dewi Ratih/Kamaratih, putri Bathara Soma, suami-istri tersebut merupakan lambang kerukunan suami-istri di jagad raya. Mereka terkenal sangat rukun, tidak pernah berselisih, sangat setia satu sama lain dan cinta-mencintai. Bathara Kamajaya adalah putra kesembilan dari kesepuluh orang saudara kandung putra Bathara Ismaya dengan Dewi Senggani. Kesembilan orang saudaranya masing-masing bernama; Bathara Wungkuam, Bathara Tambora, Bathara Wrahaspati, Bathara Siwah, Bathara Kuwera, Bathara Candra, Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Surya dan Dewi Darmanesti. Bathara Kamajaya bertempat tinggal di Kahyangan Cakrakembang. Ia memiliki senjata pamungkas berupa panah sakti bernama Kyai Pancawisaya. Bathara Kamajaya pernah ditugaskan oleh Sanghyang Manikmaya untuk menurunkan Wahyu Cakraningrat kepada Raden Abimanyu/Angkawijaya, putra Arjuna dengan Dewi Sumbadra, sebagai pasangan Wahyu Hidayat yang diturunkan oleh Dewi Ratih kepada Dewi Utari, putri Prabu Matswapati, raja negara Wirata. Bathara Kamajaya sangat sayang kepada Arjuna, dan selalu membantu serta melindunginya bila Arjuna menghadapi suatu permasalahan dan marabahaya. Sebagai makhluk yang berwujud “akyan” hidup Bathara Kamajaya bersifat abadi. 35. BATHARI RATIH Disebut juga Dewi Kamaratih, adalah putri Bathara Soma, putra Sanghyang Pancaresi yang berarti keturunan Sanghyang Wening, adik Sanghyang Wenang. Dewi Ratih menikah dengan Bathara Kamajaya, putra kesembilan Sanghyang Ismaya dengan Dewi Senggani. Ia bertempat tinggal di Kahyangan Cakrakembang. Dewi Ratih berwajah sangat cantik, memiliki sifat dan perwatakan; sangat setia dan cinta kasih, murah hati, baik budi, sabar dan sangat berbakti terhadap suami. Bersama suaminya Bathara Kamajaya, suami-istri tersebut merupakan lambang kerukunan suami-istri di jagad raya. Karena kerukunannya dan cinta kasihnya satu dengan yang lain. Dewi Ratih pernah ditugaskan oleh Sanghyang Manikmaya untuk menurunkan Wahyu Hidayat kepada Dewi Utari, putra bungsu Prabu Matswapati raja negara Wirata dengan permaisuri Dewi Ni Yutisnawati/ Setyawati. Wahyu Hidayat diturunkan sebagai pasangan Wahyu Cakraningrat yang diturunkan Bathara Kamajaya kepada Raden Abimanyu/Angkawijaya, putra Arjuna dengan Dewi Sumbadra. Sebagaimana halnya para dewa lainnya, hidup Dewi Ratih pun bersifat abadi, tidak mengenal kematian. 36. BATHARI KANASTREN Disebut juga Dewi Kanastri atau Ganastri adalah istri dari Semar. Ia bersaudara dengan Dewi Kaniraras istri Begawan Manumayasa. Perkawinan mereka terjadi saat Semar masih bertempat tinggal di Desa Karang Dempel, yaitu pada saat semar pertama kali ke dunia untuk menjalankan tugas sebagai pemomong para kstaria utama. Meskipun dalam pewayang anak Semar adalah Gareng, Petruk dan Bagong, namun itu adalah bukan anak dari Kanastren. Bersama Semara (Batara Ismaa), Kanastren memiliki 10 anak yaitu Bathara Wungkuam, Bathara Tembora, Bathara Kuwera, Bathara Wrahaspati, Bathara Syiwah, Bathara Surya, Bathara Chandra, Bathara Yama/Yamadipati, Bathara Kamajaya dan Bathari Darmastutri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar