Jumat, 12 September 2014

Jagad dalam Jagad

Tentang Jagad Raya. Permulaan terjadinya jagat raya ini, adalah ketika jaman masih awang-uwung (tidak ada apa-apa sama sekali) yang ada hanya Gusti Allah sendiri. Keadaan yang tanpa apa-apa itu tidak dapat terlihat oleh mata (tan keno kinoyo ngopo), tetapi ada, karena adanya kekuasaan dari Gusti Allah. Kemudian diciptakannyalah tiga perwujudan dan kemudian juga menyatu kepada ketiga perwujudan tadi yang disebut sebagai Trimurti (telu-teluning atunggal). Tiga warnanya, juga tiga kelihatannya dan tiga macam pula pekerjaannya, tetapi satu yaitu Gusti (Tuhan) Yang Maha Esa.

1. Perwujudan yang pertama adalah Surya sebagai Matahari dengan kekuasaannya memberikan kehidupan di seluruh jagad. Baik kasar maupun halus semua adalah kekuasaannya.

2. Perwujudan yang kedua adalah Condro sebagai Rembulan dengan kekuasaannya memberikan perlindungan, memberikan sandang-pangan dan kemakmuran dengan pemeliharaannya.

3. Perwujudan yang ketiga adalah Kartiko sebagai Bintang yang mempunyai daya keadilan dan mati, dengan tugas menghilangkan semua perwujudan yang bersifat tidak kekal.

Ketiga daya penguasaan tadi selalu beredar (hanyokro manggilingan), berputar terus berganti-ganti tanpa ada putusnya. Suryo yang membuat hidup, dipelihara dan dirawat oleh Condro, dan akhirnya dimusnahkan oleh Kartiko, begitulah seterusnya.
Suryo sebagai Matahari, selain mempunyai daya kekuasaan kehidupan juga mempunyai daya panas yang bisa berubah menjadi api, selanjutnya bersemayam di antariksa.
Condro sebagai Rembulan, selain mempunyai mengayomi/melindungi juga mempunyai daya dingin yang bisa berwujud sebagai air, seperti juga matahari selanjutnya akan bersemayam di antariksa.
Kartiko sebagai bintang, selain mempunyai kekuasaan atas keadilah dan kematian maka mempunyai daya udara yang netral dan mempunyai wujud sebagai angin, selanjutnya juga akan bersemayam di antariksa.
Perwujudan yang tiga warna tadi seterusnya berkumpul menjadi satu di antariksa, tertiup angin dari atas kebawah, dari Selatan ke Utara, dari Timur ke Barat, lama-lama api, air dan angin tadi berhenti berhenti di tengah-tengah jagad raya, dan gumantung tanpa canthelan (tergantung tanpa penyangga) dan perwujudan akhir ini yang disebut sebagai maghma..
Lama kelamaan maghma tadi menjadi berkerak dan berwujud sebagai mineral, besi, baja, emas, perak, dan lain-lain. Mineral-mineral tadi terus berkembang menjadi batu, dan batu berkembang menjadi pasir, pasir berkembang menjadi tanah. Karena maghma tadi adalah perwujudan yang sangat panas dan terbungkus oleh batu, pasir, tanah dan sebagainya maka lama-kelamaan akan menguap dan air akan meresap kedalam tanah. Tanah yang basah oleh air dan mendapat sinar matahari lama-kelamaan di bumi ini terjadi berbagai macam tumbuhan yang beraneka warna. Ya keadaan seperti itulah yang kemudian dinamakan bumi sap pitu (lapis tujuh): Maghma, Mineral, Batu, Pasir, Tanah, Air dan Tumbuh-tumbuhan. Dan bumi sendiri itu mempunyai cahaya yang berwarna hitam. Itu semua tadi adalah asal-usul jagad raya (Jagad Agung) ini.

Dan berputarnya bumi itu diatur oleh kekuasaan Surya maka kemudian dinamakan Tata Surya. Dan secara lengkap alam semesta ini mempunyai empat macam cahaya, yang masing-masing berwarna: merah (dari surya), kuning (dari condro), putih (dari kartiko) dan hitam (dari bumi). Tetapi karena dari keempat tadi hanya cahaya hitam yang tidak tampak dan tidak bisa memancar, maka cahaya merah, kuning dan putih akan memancar kan cahayanya ke bumi, dan inilah Dumadine Jagad Agung, Sangkan Paraning Dumadi.

Tentang Asal-Usul Jagad Alit (Bwaono Setro/ Badan Kasar)

Pada uraian diatas tentang terjadinya Jagad Agung, sudah dipahami bahwa bumi berasal dari api yang cahayanya merah dengan daya panas, dari air yang cahayanya kuning dan punya daya dingin, serta angin yang cahayanya putih dan bersifat netral. Berkumpulnya api. Air dan angin tadi akan menjadi maghma, yaitu pusat bumi yang dapat memberikan wadah sebagai bumi lapis tujuh. Berkumpulnya daya panas, dingin dan hampa (angin) akan mewujudkan cipta, rasa, dan karsa, adalah berkumpulnya dzat yang merupakan asal-usulnya kehidupan. Berkumpulnya tiga macam warna (merah, kuning dan putih) adalah mewujudkan sukma, yaitu badan halus yang juga dianggap sebagai para dewa, dewi, bathara, jin, peri, dsb. Day panas, dingin dan netral tadi sebelum menyatu menjadi dzat maka akan memenuhi antariksa (awang-wung) dan dalam pengetahuan modern hal ini disebut sebaga: proton, elektron dan netron, yang bersatu membentuk dzat yang dinamakan atom.

Berkumpulnya 4 macam cahaya tadi akan mewujudkan nafsu, yaitu yang akan dipergunakan sebagai syarat mutlak untuk hidup manusia. Sedangkan berkumpulnya sari-sari dari api, air, angin dan tanah (bumi), akan menjadi badan kasarnya manusia. Dan sebelum di jagad raya ini terdapat makhluk-makhluk berbadan kasar, maka terlebih dahulu yang ada adalah makhluk-makhluk berbadan halus, yaitu suksma, dan pada waktu itu semua makhluk itu yang dinamakan sebagai dewa-dewi, bethoro-bethari, jin, peri, prayangan, dsb. Dari kesemua macam titah (makhluk) yang berbadan halus itu maka dewa-dewi, bethoro-bethari dianggap yang paling tinggi kedudukannya, dan kehidupan dari makhluk-makhluk itu tanpa menyentuh tanah, dan perkembang-biakannya tidak menggunakan hukum-hukum kelahiran tetapi dengan sabda (kun fayakun).

Keadaan seperti itu berlangsung hingga beribu-ribu tahun lamanya, dan akhirnya pada suatu waktu salah satu dewa dan bethoro yang baru saja melakukan kesalahan-kesalahan besar terhadap Gusti (Tuhan YME), maka atas kekuasaan Sang Hyang Tunggal dewa tadi disabda menjadi manusia, yaitu makhluk berbadan kasar dan harus menghuni bumi. Dan setelah itu maka kemudian berlangsung hukum kelahiran, dan dewa-dewi yang disabda mau bisa disebut sebagai manu. Yang dikatakan manu adalah karena menurut hukum kodrat dari penjelmaan para dewa/bethoro yang berbadan kasar. Dan manusia adalah menurut hukum kodrat sebagaimana manusia biasa, artinya berkembang biak dengan hukum-hukum kelahiran. Para manu tadi yang menurunkan manusia yang berasal mula dari hukum kodrat kelahiran disebut sebagai swayambu manu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar