Rabu, 10 September 2014

Dewa Dewi 1

1. BATHARA GURU Juga disebut Sang Hyang Manikmaya adalah putra ketiga Sang Hyang Tunggal dengan Dewi Wirandi/Rekatawati, putri Prabu Yuyut/Resi Rekatama, Raja Samodralaya. Dia mempunyai 2 saudara kandung yaitu Sang Hyang Tejamaya/Antaga dan Sang Hyang Ismaya. Batara Guru juga mempunyai 3 orang saudara seayah lain ibu putra Dewi Darmani, putri Sang Hyang Darmayaka dari Selong, yaitu: Sang Hyang Rudra/Dewa Esa, Sang Hyang Dewanjali dan Sang Hyang Darmastuti. Ia mempunyai 27 nama gelar, tapi yang dikenal diantaranya: Sang Hyang Jagadnata, Sang Hyang Jagadpratingkah, Sang Hyang Pramesti Guru, Sang Hyang Siwa, Sang Hyang Girinata. Dalam dunia pewayangan Sang Hyang Manikmaya mempunyai kekuasaan tertinggi. Ia menguasai 3 lapisan jagat raya yaitu : Mayapada (dunia kadewatan), Madyapada (dunia makhluk halus) dan Arcapada (dunia manusia di bumi). Dia tinggal di kahyangan Jong Giri Kelasa (dalam pewayangan sering disebut Jonggring Salaka atau Suralaya). Ia beristri Dewi Uma atau Umayi yang sangat cantik jelita dan sakti. Awalnya Dewi Uma tidak bersedia diperistri, kecuali apabila Batara Guru berhasil menangkapnya. Berkali-kali usaha dilakukan Guru untuk memenuhi keinginan itu dengan menangkap Dewi Uma namun selalu gagal karena “kelicinan” gerak Dewi Uma. Hingga setelah sekian lama belum berhasil maka Batara Guru memohon kepada Hyang Wenang, kakeknya, agar ia diberi tambahan sepasang tangan lagi untuk mempermudah menangkap Dewi Uma. Setelah terkabul dan tangan Batara Guru berubah menjadi empat, maka Dewi Uma berhasil ditangkapnya dan kemudian menjadi istrinya. Karena bertangan empat inilah maka Batara Guru sering disebut Sang Hyang Caturbuja. 2. HYANG ANANTABOGA Semasa muda bernama bernama Nagasesa. Ia juga sering disebut dengan nama Hanantaboga, putra Antanaga dengan Dewi Wasu, putri Hyang Anantaswara, dan merupakan keturunan ke empat Sanghyang Wenang dengan Dewi Sayati.Antaboga menikah dengan Dewi Supreti, dan mempunyai dua orang anak, bernama Dewi Nagagini dan Nagatatmala. Walaupun menyandang nama ’naga’ tetapi Nagagini dan Nagatatmala berwujud manusia.Nagagini menikah dengan Bima dan mempunyai seorang anak bernama Antareja. Dalam keadaan biasa, Sanghyang Antaboga berwujud manusia, tetapi dalam keadaan triwikrama/berubah wujud, tubuhnya berubah menjadi ular naga raksasa. Setiap 1000 tahun sekali, Sanghyang Antaboga mlungsungi ’berganti kulit’. Ia juga memiliki Aji Kawastrawan, yang membuatnya dapat menjelma menjadi apa saja, sesuai dengan yang dikehendakinya. Antara lain ia pernah menjelma menjadi garangan putih (semacam musang hutan) yang menyelamatkan Pandawa dan Kunti dari amukan api pada peristiwa Bale Sigala-gala. 3. SANGHYANG ASMARA Disebut sebagai Dewa Kasih Sayang yang diberi tugas untuk mendamaikan suami-istri yang menghadapi hidup jauh dari kebahagiaan, sehingga menjadi suatu pasangan yang penuh dengan cinta kasih, kesetiaan dan ketentraman hidup penuh bahagia. Ia berparas sangat tampan dan tingkah lakunya sangat menarik. Sanghyang Asmara adalah putra ketiga Sanghyang Manikmaya dengan Dewi Umarakti/Umaranti. Ia mempunyai dua orang saudara kandung bernama Sanghyang Cakra dan Sanghyang Mahadewa. Ia juga mempunyai enam orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umayi masing–masing bernama Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu, Sanghyang Wisnu dan Bathara Kala. Sanghyang Asmara mempunyai tempat kedudukan di Kahyangan Mayaretna. Oleh Sanghyang Manikmaya ia juga diberikan tugas memberikan pahala kepada keturunan Witaradya (sejarah para raja). Selain memiliki Aji pangabaran, Sanghyang Asmara juga mempunyai kesaktian berupa Asmaragama, Asmaratantra dan Asmaraturida. Rapal Aji Asmaragama pernah diajarkan kepada Prabu Arjunasasra, raja negara Maespati, dan kepada Arjuna, satria Pandawa. Sedangkan Rapal Aji Asmaratantra dan Asmaraturida diajarkan kepada Sri Kresna, raja negara Dwarawati. 4. BATHARA ASWAN BATHARA ASWAN dan BATHARA ASWIN adalah dewa kembar, putra dari Bathara Sumeru, yang berarti masih keturunan Sanghjyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Sebagaimana saudara-saudaranya yang lain satu kerunan dari Bathara Sumeru, Bathara Aswan dan Bathara Aswin juga mengemban tugas kewajiban menjaga keselamatan umat di bumi dengan keahliannya masing-masing. Bathara Aswan adalah dewa yang khususnya memerangi segala macam penyakit yang berkembang di bumi, sedang Bathara Aswin adalah dewa yang menguasai ramalan segala sesuatu yang terjadi di dunia. Bhatara Aswan dan Bathara Aswin memiki sifat dan perwatakan, sabar, teliti, cerdas, setia dan patuh terhadap perintah. Atas perintah Sanghyang Manikmaya (Bathara Guru), Bathara Aswan dan Bathara Aswin turun arcapada (bumi) dengan perantaraan rahim Dewi Madrim putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati dari Negara Mandaraka, istri Prabu Pandudewanata raja negara Astina. Bathara Aswan sebagai Pinten atau Nakula, sedangkan Bathara Aswin menjelma sebagai Tansen atau Sadewea. Keduanya merupakan satria kembar dari lima satria Pandawa. 5. BATHARA ASWIN Bathara Aswin oleh sebagian dalang dianggap kembaran Batara Aswan. Sebagian lagi menganggap Batara Aswan dan Batara Aswin adalah satu tokoh yang menyatu dalam wujud Dewa Kembar. Mereka adalah putra Batara Sumeru dengan Ibu Dewi Kurani. Dewa Aswan dan Aswin dikenal juga sebagai Dewa Tabib karena ahli dalam obat-obatan dan menyembuhkan berbagai penyakit. Mereka pernah menyembuhkan seorang penggembala bernama Utamanyu dari kebutuaan yang dideritanya sejak lahir. Mereka juga pernah menghadiahkan umur panjang dan kembali muda kepada Maharsi Cyawana, setelah menguji kesetiaan istri pertapa tersebut yang benama Dewi Sukanya. 6. BATHARA BARUNA Sering disebut pula dengan nama Batara Waruna. Ia masih keturunan Sanghyang Wenang dari garis keturunan Sanghyang Nioya. Batara Baruna bertempat tinggal di Kahyangan Dasar Samodra. Ia bertugas memelihara ekosistem dan biota laut. Ia berwujud dewa berwajah ikan dan seluruh badannya bersisik ikan. Batara Baruna dapat hidup di darat dan di air. Ia mempunyai cupu berisi air kehidupan Mayausadi. Dalam pewayangan, Sanghyang Baruna pernah menjelma menjadi manusia dan menggunakan nama Begawan Badawanganala. Selama menjadi petapa itu ia mempunyai dua putri cantik yang disunting Nakula dan Sadewa yaitu Dewi Srengganawati dan Dewi Srenggini. 7. BATHARA BASUKI Dikenal pula dengan nama Bathara Wasu. Ia adalah putra Bathara Wismanu, keturunan dari Sanghyang Taya, adik Sanghyang Wenang. Bathara Basuki adalah Dewa keselamatan yang berwujud ular putih. Karena ketekunannya bertapa, ia mendapat anugrah dewata berupa Aji Kawrastawan, sehingga dapat beralih rupa menjadi manusia dan dapat beradat-istiadat serta berbicara seperti manusia. Bathara Basuki menjelma kepada satria yang berjiwa selamat/basuki yaitu Prabu Baladewa/Kakrasana, raja negara Mandura yang berkulit putih, sebagai lambang kesucian atau keselamatan, terlepas dan terluput dari segala keburukan dan kesalahan. Bathara Basuki menjelma dalam tubuh Prabu Baladewa sebagai balas jasa atas kebajikan yang pernah dilakukan oleh Prabu Baladewa menyelanmatkan dirinya yang berwujud ular dari kematian di hutan Krendayana. Dengan penitisan Bathara Basuki, sehingga pada masa tuanya, Prabu Baladewa terhindar dari pertikaian keluarga yang berperang dalam Bharatayuda. Setelah keturunan Yadawa lenyap dan Prabu Baladewa akan meninggal, Bathara Basuki keluar dari tubuh Kakrasana/Prabu Baladewa melalui mulutnya, dijemput oleh para naga, diantaranya Naga Taksaka, Kumuda, Mandarika, Hreda, Durmuka, Praweddi, kembali ke patala. 8. BATHARA BAYU Disebut pula Hyang Pawaka ‘angin’. Dewa Bayu melambangkan kekuatan. Ia putra ke-4 Sanghyang Manikmaya, Raja Tribuana dengan Permaisuri Dewi Umayi. Karena Sanghyang Manikmaya menitis pada Semar, otomatis Batara Bayu juga diaku sebagai anak Semar. Sanghyang Bayu mempunyai lima orang saudara kandung masing-masing bernama: Batara Sambo, Batara Brahma, Batara Indra, Batara Wisnu, dan Batara Kala. Ia juga mempunyai tiga orang saudara lain ibu yaitu; Batara Cakra, Batara Mahadewa, dan Batara Asmara dari ibu Dewi Umarakti. Menurut wujud rupa wayangnya, Batara Bayu mencerminkan wataknya yang gagah berani, kuat, teguh, bersahaja, pendiam dan mempunyai kekuatan yang dahsyat. Ia tinggal di Kahyangan Panglawung, menikah dengan Dewi Sumi, putri Batara Soma, dan berputra empat orang masing-masing bernama: Batara Sumarma, Batara Sangkara, Batara Sudarma, dan Batara Bismakara. 9. BATHARA BRAHMA Ia tinggal di Kayangan Deksina di dalam pedalangan sering disebut kayangan Argadahana, Putra dari Batara Guru dengan Batari Uma. Mempunyai istri bernama Dewi Saraswati, dia mempunyai kelenihan Dewa yang menguasai api. Batara Brama pernah memberikan pusaka Alugara dan Nanggala kepada raden Kakrasana pada saat ia bertapa di pertapaan Arsonya. Maka seolah-olah Hyang Brama adalah guru dari raden Kakrasana. Maka jika kita lihat bentuk wayang Prabu Baladewa atau raden Kakrasana mirip dengan bentuk wayang Batara Brama. Ia selalu mengikuti perjalanan Batara Guru ke Ngarcapada/Bumi menjelma menjadi raja seberang dengan nama misal prabu Dewa Pawaka atau yang lain. Hal ini dapat digagalkan oleh Semar. Sehingga kehendaknya ingin memusnahkan Pandawa atau membuat onar dunia tidak berhasil. Juga dapat dilihat dalam lakon lahirnya Wisanggeni. Tujuan Batara Brama akan mengawinkan putrinya Dewi Dresanala dengan Dewa Srani serta menceraikan raden Arjuna. Hal ini dapat digagalkan oleh Semar dan para Pandawa. Jadi kesimpulannya bahwa semua ulah dewa jika salah akan kalah oleh tindakan manusia yang benar. 10. BATHARA BREMANA Ia adalah putera Betara Brama dan mempunyai saudara laki-laki bernama Bremani. Sesudah dewasa Bremana akan di kawinkan dengan putri Betara wisnu (Dewi Srihunon), tetapi Bremana menolak dan atas permintaanya putri ini dikawinkan dengan saudara mudanya (Bremani). Perkawinan terlaksana dan dari perkawinan itu lahirlah seorang putera yang bernama Parikenan. Setelah Bremani mendapat putera itu, Dewi Srihunon, istrinya dikembalikan kepada mertuanya (Betara Wisnu) dengan alasan bahwa ia tidak bisa hidup bersama lagi dengan puteri itu. Kemudian Dewi Srihunon diperistrikan oleh Bremana. Bremana bermata jaitan, berhidung mancung, beroman muka tenang, berambut terurai gimbal dan segala pakaiannya serupa dengan Bremani. 11. BATHARA BREMANI Bremana Bremani, Lakon ini oleh sebagian dalang disebut Bramana-Bramani, termasuk lakon pakem, tetapi akhir-akhir ini tidak populer. Kisahnya mengenai perkawinan putra Batara Brama, yakni Bramana dan Bramani dengan Dewi Sri Unon, putri Batara Wisnu. Pada mulanya Dewi Srihunon diperistri oleh Bambang Bremani, salah seorang putra Batara Brama. Dari perkawinan itu Dewi Srihunon melahirkan putra tunggal bernama Bambang Parikenan, nenek moyang Pandawa dan Kurawa. Setelah melahirkan Bambang Parikenan, Dewi Srihunon dikembalikan pada Batara Wisnu (mungkin, dalam istilah masa kini diceraikan), dan kemudian diperistri oleh Bambang Bremana, kakak Bremani. Ketika Dewi Srihunon hendak diperistri Bremana, mulanya wanita itu menolak. Namun, setelah dibujuk oleh bekas suaminya, yaitu Bremani, akhirnya Dewi Srihunon bersedia menjadi istri Bremana. Dari perkawinannya dengan Prabu Bramana beberapa tahun kemudian Dewi Sri Unon melahirkan seorang putri cantik, Dewi Bremanawati, yang kemudian diperistri oleh Prabu Banjaranjali, raja Alengka. 12. BATHARA CAKRA Atau juga disebut Cakradewa adalah putera Sang Hyang Manikmaya atau Batara Guru dengan Batari Parwati. Batara Cakra berkedudukan di Kahyangan Ujung Semeru. Ia menjalankan tugas sebagai pujangga kahyangan, sedangkan Batara Ganesya atau Batara Gana bertugas menjaga Panti Pustaka Kahyangan. Oleh karena itu Batara Cakra dan Batara Gana sama-sama mempunyai tugas membina kesusastraan, sehingga Batara Gana sebagai lambang dewa kebijaksanaan bidang pendidikan, Batara Cakra sebagai lambang dewa kapujanggan. Karya Batara Cakra yang terkenal adalah Serat Pustaka Jamus Kalimasada dan Jitapsara. Jamus Kalimasada dianugerahkan kepada Puntadewa, Jitapsara dianugerahkan kepada Begawan Palasara. 13. BATHARA CALAKUTA Ia adalah dewa yang berkuasa atas segala serangga berbisa, menetap di kahyangan Wisabawana yang terletak di lereng Gunung Jamurdipa. Suatu ketika ketenangan di kahyangan Wisabawana terganggu karena para dewa di bawah pimpinan Batara Guru sedang bergotong royong berusaha mencabut Gunung Jamurdipa untuk digunakan mengaduk samudra dalam upaya mendapatkan tirta amerta. Perbuatan para dewa itu membuat marah Batara Calakuta. Hingga akhirnya timbul perselisihan diantara mereka. Batara Calakuta dan anak buahnya kewalahan dan kemudian melarikan diri. Dalam pelariannya Batara Calacuta menciptakan telaga beracun yang berisi bisa kalakuta. Hingga suatu saat ketika kehausan, sebagian dari para dewa meminum air tersebut dan kemudian menemui ajal. Begitupun Batara Guru nyaris mengalami hal serupa jika pada saat meminumnya tidak dimuntahkan segera. Namun karena kuatnya pengaruh bisa tersebut, maka leher batara Guru menjadi biru karenanya. Itulah sebabnya Batara Guru mendapatkan nama alias sebagai Sang Hyang Nilakanta yang berarti lehernya biru. Setelah tirta amerta diperoleh, maka para dewa yang mati karena racun kalakuta dapat dihidupkan lagi. 14. BATHARA CANDRA Adalah salah seorang putera Batara Ismaya dengan ibunya bernama Dewi Kanastren, sedangkan istrinya berjumlah 27 orang. Mereka itu kakak beradik putera Sang Hyang Daksa. Dalam pewayangan dikatakan bahwa ia adalah dewa yang bertugas mengatur dan memelihara rembulan serta sinarnya. Ia termasuk yang disebut-sebut dalam Hastabrata sebagai dewa yang harus diteladani sifat-sifatnya oleh raja yang bijaksana dan selalu bersikap menyenangkan orang banyak. Dalam sebuah kisah diceritakan ada seorang raja siluman gandarwa bernama Prabu Kala Rahu alias Rembuculung yang hendak mencuri Tirta Amerta. Kala Rahu bersembunyi di kegelapan malam, tetapi Batara Candra memergokinya dan melaporkan tempat persembunyiaan itu pada Batara Guru. Pemuka Dewa itu lalu mengutus Batara Wisnu menangkap Kala Rahu. Namun ketika hendak ditangkap, raja siluman itu melawan. Dengan senjata cakra, Batara Wisnu memotong kepala Kala Rahu. Tubuhnya jatuh terhempas ke bumi menjelma menjadi lesung penumbuk padi. Sementara itu kepalanya melayang-layang di angkasa menanti kesempatan membalas untuk menghukum Batara Candra. Itulah yang menimbulkan legenda gerhana rembulan, yang menyebabkan di masyarakat pedesaan di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali, orang memukul-mukul lesung bila terjadi gerhana bulan, yang dipercaya untuk menghalau Kala Rahu. 15. BATHARA CINGKARABALA Cingkara atau kadang-kadang disebut Cingkarabala adalah saudara kembar Balaupata. Mereka berdua adalah putera Begawan Bremani. Kakaknya yang sulung bernama Manumayasa. Berbeda dengan kakaknya yang lahir sebagai manusia biasa, Cingkara dan Balaupata berujud raksasa. Oleh Batara Guru, Cingkara dan Balaupata ditugasi untuk menjaga Selamatangkep, yaitu gerbang yang menuju ke kahyangan Suralaya. Mengenai siapa orang tua Cingkara dan Balaupata ada versi lain yang menyebutkan bahwa mereka bukan anak Bremani, melainkan anak Maharesi Gopatama, saudara kandung lembu Andini. 16. BATHARA BALAUPATA Balaupata dan Cingkarabala adalah raksasa kembar. Mereka anak raksasa Gopatama yang masih saudara Lembu Andini. Kedua raksasa ini ditugasi menjaga Kori Selamatangkep dan diangkat menjadi dewa. Barang siapa yang mau masuk naik atau masuk ke Kayangan Suralaya menghadap Batara Guru, maka harus lebih dahulu berhadapan dengan sang penjaga Kori Selamatangkep yang berwujud raksasa kembar. Siapapun yang sanggup mengalahkan atau mendapat izin dari raksasa kembar dapat menghadap Batara Guru. 17. BATHARA DARMA Batara Darma dikenal sebagai dewa yang bertugas menjaga tegaknya keadilan dan kebenaran dalam dunia pewayangan. Dewa inilah yang sebenarnya ayah biologis Puntadewa, atas izin Prabu Pandu Dewanata, istrinya yang bernama Dewi Kunti menerapkan ajian Adityarhedaya untuk mengundang para dewa. Dewa yang pertama dipanggil adalah Batara Darma ini. Batara Darma pernah melindungi Dewi Drupadi, ketika istri Puntadewa itu hendak ditelanjangi oleh Dursasana. Waktu itu setelah Pandawa ditipu dan kalah main judi dengan para Kurawa, Dewi Drupadi dianggap sebagai barang taruhan yang dimenangkan oleh Kurawa. Di hadapan banyak orang, Dursasana mencoba melepas kain yang dikenakan Dewi Drupadi, namun selalu gagal. Setiap kali kain yang dikenakan dilepaskan dari tubuh Drupadi, saat itu pula secara gaib tubuh Drupadi terlapisi oleh kain yang lain,berkat pertolongan Batara Darma. Setelah itu, menjelang berakhirnya masa pembuangan Pandawa di hutan Kamiyaka, Batara Darma datang menguji rasa keadilan Puntadewa, anaknya. Dewa itu menyaru sebagai raja gandarwa dan membunuh adik-adik Puntadewa satu persatu. Ia lalu mengajukan berbagai pertanyaan ujian pada Puntadewa yang ternyata dijawab dengan sangat memuaskan. Ketika Puntadewa disuruh memilih mana diantara adik-adiknya yang akan dihidupkan kembali, Puntadewa pun menjawab dengan pertimbangan keadilan yang matang. Karena jawaban Puntadewa yang memuaskan ini, raja gandarwa lalu berubah ujud menjadi Batara Darma, dan keempat adik Puntadewa dihidupkan kembali. Menjelang kematian Pandawa, Batara Darma juga menjelma menjadi anjing peliharaan Puntadewa. Anjing itu terus mengikuti perjalanan Pandawa dalam perjalanan kelana menjemput kematian dan mengantar Puntadewa sampai ke pintu sorga. Namun ketika Puntadewa hendak masuk ke sorga, oleh penjaga gerbang sorga anjing itu dilarang masuk. Karena penolakan itu Puntadewa lalu protes, Puntadewa enggan masuk ke dalam sorga yang tidak menghargai sebuah kesetiaan. Pada saat itulah si anjing berubah ujud menjadi Batara Darma. 18. DEWA RUCI Dewa Ruci meminta Bima untuk masuk kedalam badannya, melalui telinga kirinya. Walaupun dewa ini sangat kecil, tetapi Bima dapat masuk ke dalam tubuh Dewa Ruci dan menemukan dirinya berada pada suatu dunia yang sangat mengagumkan, damai, dan indah, dimana ia merasa sangat nyaman dan karena itu Bima ingin tetap tinggal disana.Dewa Ruci kemudian menjelaskan makna dari apa yang dilihatnya dan makna dari kehidupan. Menjawab keinginan Bima untuk tinggal disana, Dewa Ruci mengatakan ia boleh tinggal disana setelah kematiannya. Tetapi untuk saat ini, ia harus kembali ke bumi bersama dengan saudara-saudaranya untuk melaksakan kewajiban sebagai ksatria. Bima mengikuti Dewa Ruci dan kembali ke dunia nyata untuk melanjutkan perlawanannya memerangi kejahatan, membela saudara-saudaranya melawan Kurawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar